Copyright © Fresh Mind, Fresh Idea
Design by Dzignine
Jumat, 07 September 2012

Tradisi 'Nyekar' Di Hari Raya Raya Idul Fitri


Minal Aidin Wal Faidizin, mohon maaf lahir dan batin.

Ga kerasa bulan ramadhan udah lewat satu minggu. Aktifitas mulai kembali normal lagi. Jutaan orang-orang yang mudik dari kampung halamannya kini berbondong-bondong kembali ke ibu kota Jakarta. Para pedagang musiman yang meramaikan bulan ramadhan kini hilang ditelan bumi. Pengemis – pengemis musiman yang ramai berjejer di pinggir jalan, pertokoan dan pusat perbelanjaan pun juga hilang ke antah berantah dan hanya menyisakan orang-orang yang menjadikan mengemis sebagai pekerjaan tetap.

Di hari pertama dan kedua idul fitri, orang Indonesia punya kebiasaan yang unik. Selain mudik ke kampong halaman, ada tradisi menyeka ke makam orang tua dan sanak family kita. Tradisi ini dibilang unik karena dalam satu tahun sekali tempat pemakaman umum dibanjiri dan penuh sesak oleh para pengunjung. Gua ga tau apa kata yang tepat untuk gambarinnya, apakah pengunjung, turis atau apa. Hehehe..

Coba kita tengok ke tpu pondok rangon,Cibubur. Disana, kesan tempat pemakaman samaaa sekalii ga keliatan. Hamparan pemakaman yang luas dengan ditumbuhi rerumputan hijau yang rapih tertata di atas makam membuat mata terasa ‘sejuk’ memandangnya.

Pohon-pohon juga berdiri tegak membuat rindang lingkungan di tpu. Ga ada kesan mengerikan. Bahkan di di atas makan-makam berhiaskan bunga-bunga plastik,pot bunga, dan lampu taman juga, lho! Tpu ini lebih seperti taman rekreasi ketimbang taman pemakaman. Bahkan ada, lho, para penyekar yang asyik foto-foto di samping makam bersama sanak familinya. Hati-hati tar yang di dalem makam ikutan foto,lho. hehehe

Ga cuma rindang dan sejuknya suasana, tpu pondok rangon juga dipenuhin para pedagang di lahan parkiran. Selain pedagang air mawar dan bunga yang berjualan, tempat ini juga dipenuhi pedagang-pedagang lainnya seperti tempe mendoan yang harga satu tempenya dua ribu rupiah dengan tempat jualan dari bilik bambu dan kayu yang dihiasi spanduk tempe mendoan, terus ada juga tukang es kelapa yang menyediakan tempat duduk santai buat para pengunjung dan mereka ga pernah kehabisan pembeli yang selalu mengantri. Tempat duduk yang mereka sediakan pun nyaris ga tersisa, dan masih banyak pedagang-pedagang lainnya kaya siomay, mie ayam, ketroprak Cirebon, dan lain-lain. Udah mirip food court nih pemakaman.

Sehabis kita berdoa di samping makam sanak keluarga, kita bisa jajan makanan dan minuman semau kita. Dan ga keliahatan seorang pengemis pun disini. Lingkungannya bikin betah berlama-lama ditambah suasana yang sejuk bin adem. Serasa di taman.

Situasi jauh berbeda di tpu karet bivak,Jakarta pusat. Disana terik matahari benar-benar nembus kulit dan nusuk tulang.Panas! Makam-makam disini hampir semuanya ditutupi keramik. Makam keramik ini ikut bikin suasana jadi makin kerasa panas.

Sejauh mata memandang jarang banget pohon-pohon yang rindang yang meneduhi areal pemakaman. Udah gitu puluhan pengemis dari anak-anak hingga orang tua dan pedagang menyesaki kiri dan kanan jalan area pemakaman yang cuma 2.5 meter itu. Suasananya ruwet, juga ditambah dengan lalu lalang sepeda motor yang lewat jalan areal pemakaman. Karena ternyata ada pemukiman padat penduduk di belakang tpu. Kita harus terpaksa minggir untuk kasih lewat motor yang lewat. Kalo ga minggir,kita di klaksonin dari belakang. Menyebalkan!

Yang bikin kita jengkel lagi dari pintu masuk sampe masuk jauh ke dalam tpu dan sebaliknya, ga abis-abisnya pengemis mendekati kita untuk meminta-minta. Ga betah banget deh lama-lama ‘nyekar’ di tpu ini. Tpu ini cermin kecil situasi kota Jakarta yang super ruwet dan ga teratur.

Nyekar emang tradisi umat muslim Indonesia tiap bulan ramadhan. Entah dari kapan tradisi ini dimulai di Indonesia. Padahal, dalam ajaran Islam sendiri ga ada anjuran atau keharusan untuk nyekar tiap bulan suci Ramadhan. Tapi tradisi ini menjadi salah satu bukti kekayaan tradisi Indonesia, perpaduan dari agama dan budaya lokal Indonesia.

Semoga bermanfaat ^^

0 komentar:

Posting Komentar